ANALISIS TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN PADA HASIL PEMESINAN MESIN MILLING DENGAN VARIASI TINGGI PENCEKAMAN BENDA KERJA DAN TINGGI PEMASANGAN ENDMILL CUTTER
Studi ini ditujukan untuk mengetahui tekstur permukaan dari proses pemesinan dengan beberapa variasi posisi. Posisi yang diuji dalam penelitian ini adalah posisi tinggi pencekaman endmill dan posisi pencekaman specimen.
Menurut penelitian-penelitian yang terdahulu,
variabel yang menyebabkan kekasaran permukaan adalah penggunaan variasi
parameter pemesianan, jenis perlakuan pemesinan yang kurang optimal dan
geometri pahat. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil variabel perlakuan
posisi dan pencekaman baik spesimen maupun pemasangan endmill untuk mengetahui
kondisi paling optimal terhadap tingkat kekasaran permukaan.
Hasil Penelitian ini didapatkan Tingkat
kekasaran pada tinggi pencekaman endmill menunjukkan bahwa semakin mendekati
flute maka akan semakin kasar karena ada rongga flute yang tidak tercekam, dan pencekaman
semakin ke atas dari panjang endmill juga akan semakin kasar karena terjadi
vibrasi yang besar saat proses pemakanan, rekomendasi dari penelitian ini agar
mendapat nilai kekasaran yang optimal adalah memasang pahat di antara batas
tengah panjangnya endmill sampai ke batas flute pada endmill.
Kata Kunci : milling, endmill, kekasaran permukaan, pencekaman.
PENDAHULUAN
Pengerjaan
logam dalam dunia manufacturing ada beberapa macam, mulai dari pengerjaan
panas, pengerjaan dingin hingga pengerjaan logam secara mekanik. Pengerjaan
mekanik logam biasanya digunakan untuk pengerjaan lanjutan maupun finishing,
sehingga dalam pengerjaan mekanik dikenal beberapa prinsip pengerjaan, salah
satunya adalah pengerjaan perataan permukaan dengan menggunakan mesin frais atau biasa disebut mesin milling.
Mesin milling adalah mesin yang paling mampu
melakukan banyak tugas bila dibandingkan dengan mesin perkakas yang lain. Hal
ini disebabkan karena selain mampu mesin permukaan datar maupun berlekuk/profil
dengan penyelesaian dan ketelitian yang istimiwa, juga berguna untuk
menghaluskan atau meratakan benda kerja sesuai dengan dimensi yang dikehendaki.
Mesin milling dapat menghasilkan permukaan
bidang rata yang menghasilkan tingkat kekasaran permukaan yang cukup halus,
tetapi proses ini membutuhkan pelumas berupa oli yang berguna untuk pendingin
mata milling agar tidak cepat aus.
Istilah tingkat kekasaran permukaan digunakan secara luas di
industri dan biasanya digunakan untuk mengukur kehalusan/ kekasaran dari suatu
permukaan benda. tekstur permukaan adalah pola dari permukaan yang menyimpang
dari suatu permukaan nominal. penyimpangan Mungkin acak atau berulang yang
diakibatkan oleh kekasaran, wavines, lay
dan flaws.
kekasaran terdiri dari ketidakteraturan dari tekstur
permukaan, yang pada umumnya mencakup ketidakteraturan yang diakibatkan oleh
perlakuan selama proses produksi. contoh bentuk tekstur permukaan benda kerja
dapat dilihat pada gambar.
Dalam proses pemesinan dituntut untuk menghasilkan hasil
produksi kekasaran tertentu yang mana tingkat kekasaran suatu benda semakin
kecil semakin bagus dan halus.
kondisi mesin milling
yang banyak ditemui di bengkel-bengkel produksi maupun bengkel sekolah /kampus
Kejuruaan Teknik Mesin kurang banyak pembaruan, Kebanyakan mesin milling yang digunakan untuk praktek di
sekolah atau kampus kejuruan Teknik Mesin sudah uzur dan banyak yang tidak
fungsi dengan baik lagi. contoh; kecepatan spindel sudah tidak dapat di
setting, feeding tidak dapat
disetting, penggerak otomatis sudah tidak berfungsi lagi. hal ini kemungkinan
juga tidak hanya dialami oleh sekolah kejuruan saja, mungkin juga dialami oleh
bengkel-bengkel produksi. dengan kondisi mesin yang demikian atau tidak normal
lagi maka untuk mencapai tingkat kekasaran tertentu perlu cara agar mesin dapat
dimaksimalkan.
Selain kondisi di atas penelitian tentang kekasaran permukaan terhadap hasil pemesinan mesin perkakas telah banyak dilakukan, tetapi untuk penelitian tentang faktor yang tidak masuk dalam program belum begitu banyak dilakukan, terutama yang berhubungan dengan posisi pemasangan benda kerja dan posisi pemasangan pahat (endmill).
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui
pengaruh tinggi pencekaman benda kerja pada ragum terhadap tingkat kekasaran
hasil pemesinan mesin milling.
2. Mengetahui
pengaruh tinggi pemasangan endmill cutter
terhadap tingkat kekasaran hasil pemesinan mesin milling.
3. Mengetahui
pengaruh tinggi pencekaman benda kerja dan tinggi pemasangan endmill cutter yang menghasilkan tingkat
kekasaran yang paling kecil.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian yang dilakukan ini merujuk pada penelitian
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Daniel (2009) meneliti tentang optimasi parameter pemesinan
proses CNC frais terhadap hasil kekasaran permukaan dan keausan pahat
menggunakan metode taguchi. Dalam penelitian ini metode optimasi yang digunakan
dalam penelitian adalah Metode Taguchi
dan ANOVA (Analysis of Variance) digunakan untuk mengetahui
karakteristik performansi dari parameter pemesinan. Dari hasil optimasi yang
telah dilakukan diperoleh bahwa keausan pahat adalah 3,3 ± 0,2 µm dengan kecepatan putaran spindel 2500 rpm,
kecepatan pemakanan 0,12 mm/rev, kedalaman pemotongan 1 mm, dan pendingin
minyak.
Giyatno (2009) meneliti tentang optimasi parameter
proses pemesinan terhadap keausan
pahat dan kekasaran permukaan benda hasil
proses CNC turning menggunakan metode Taguchi. Dalam penelitian ini, melalui
analisis varian terhadap keausan pahat yang digunakan kecepatan
pemakanan memiliki kontribusi paling tinggi terhadap keausan pahat, dan
kondisi parameter pemesinan paling baik diperoleh pada kecepatan potong rendah,
kecepatan makan rendah, kedalaman
pemakanan rendah, dan berpendingin dromus dengan nilai prediksi keausan pahat
3±2 µm dan kekasaran permukaan eksperimen konfirmasi 7±2 µm.
Wen-Hsiang Lai (2000) meneliti tentang model kekuatan potong pada operasi end mill. Hasil penelitian ini adalah pengaruh yang paling signifikan terhadap kekuatan
adalah ketebalan chip (Tc). Radius dinamis yang
disebabkan oleh lari keluar cutter dan kemiringan merupakan titik kunci untuk
mempengaruhi ketebalan chip. Pengaruh
pemakanan per flute
pada kekuatan pemesinan terlihat ketika feedrate
meningkat, ketebalan chip seketika juga meningkat, dan kekuatan juga meningkat. Kedalaman
radial dan aksial memotong mempengaruhi lebar dan panjang bidang kontak masing-masing. Artinya,
ketika kedalaman radial dan aksial memotong meningkat, bidang kontak meningkat,
dan kekuatan menjadi lebih besar. Ketika depth of cut meningkat, kekuatan juga meningkat. Selanjutnya, kekuatan X
diukur berubah dari nilai-nilai negatif ke nilai positif ketika kedalaman
radial potong berubah dari 25% menjadi 75%.
Yong-hyun
kim, sung-lim ko (2002) meneliti tentang pengembangan desain dan teknologi
manufaktur untuk end mills pada proses pemesinan baja liat. Hasil penelitian
ini adalah (1) program simulasi untuk
flute heliks grinding dikembangkan dan diterapkan pada desain dan pembuatan
mill end dengan memprediksi konfigurasi potong lintang. (2) rake angle yang optimal dan ditentukan
sudut clearance,
mengingat perubahan dalam permukaan yang salah
dalam uji kinerja sesuai
dengan perubahan dalam geometri. (3) seluruh proses untuk desain dan pembuatan end mill dengan kinerja pemotongan tinggi disarankan
berdasarkan program simulasi flute heliks grinding
Kivanc
& Budak (2004) pemodelan struktural end
mill untuk kesalahan bentuk dan
bentuk analisis stabilitas. Hasil penelitian ini adalah sifat dinamis dan statis dari milling yang sangat penting untuk presisi mesin dan
stabilitas pemotongan. Metode analisis eksperimen yang digunakan untuk
menentukan karakteristik ini. Hasil eksperimenini tidak
memberikan informasi yang akurat terutama untuk dinamika dan stabilitas pemotongan.
Metode eksperimental, di sisi lain, memakan waktu jumlah kemungkinan kombinasi
pemegang tool dan tool, geometri alat dan
material dalam pengaturan industri. Model analisis yang disajikan dalam karya
ini menghilangkan kebutuhan untuk pengukuran fungsi transfer untuk setiap
perakitan alat. Model mempertimbangkan geometri kompleks flute dalam pengembangan properti pemotongan melintang. Endmills memiliki flute
dan bagian unfluted, yang semakin
mempersulit geometri mereka. Karakteristik ini tersegmentasi juga telah
dipertimbangkan dalam pemodelan statis dan dinamis. RCSA model telah digunakan untuk
menggabungkan dinamika diukur dari pemegang alat / spindel dan mode akhir analitis
ditentukan mill. Prediksi baik statis dan dinamis yang
dibuktikan sangat akurat. Pendekatan yang disajikan di sini sangat berguna
untuk implementasi dalam sistem mesin virtual di mana kesalahan bentuk dan
batas stabilitas untuk aplikasi milling
dapat ditentukan secara otomatis.
Lou, Chen, dan Li (1999) meneliti tentang teknik perkiraan kekasaran
permukaan pada CNC milling. Hasil
penelitian ini adalah Kekasaran
permukaan (Ra) dapat diprediksi secara efektif oleh menerapkan kecepatan spindle, kecepatan pemakanan, kedalaman potong, dan interaksi dalam beberapa model regresi. Model regresi bisa memprediksi
permukaan kekasaran (Ra) dengan rata-rata penyimpangan 9,71% atau 90,29% akurasi dari
pelatihan kumpulan data. Model regresi bisa memprediksi
permukaan kekasaran (Ra) dari data pengujian ditetapkan yang tidak termasuk dalam analisis regresi berganda
dengan persentase rata- rata penyimpangan 9,97% atau akurasi 90,03%. Laju pemakanan adalah yang paling
signifikan sebagai parameter pemesinan yang digunakan untuk memprediksi
kekasaran permukaan dalam model regresi berganda.
Dari penelitian-penelitian di atas, variabel yang menyebabkan kekasaran permukaan adalah penggunaan variasi parameter pemesinan, jenis perlakuan pemesinan yang kurang optimal dan geometri pahat. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil variabel perlakuan posisi dan pencekaman baik spesimen maupun pemasangan endmill untuk mengetahui kondisi paling optimal terhadap tingkat kekasaran permukaan.
METODOLOGI PENELITIAN
Diagram
alir penelitian
Gambar 1.Diagram Alir Penelitian |
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan Pengukuran Hasil Tingkat Kekasaran Permukaan Baja ST 40 Hasil Pemesinan Milling.
Dalam pembahasan
hasil penelitian ini meliputi hasil pengukuran kekasaran permukaan interaksi
antara tinggi pencekaman spesimen dan tinggi pemasangan endmill terhadap collet.
Tinggi Pencekaman Spesimen.
Rerata hasil
pengukuran kekasaran permukaan baja ST 40 dilihat pada tabel 1. tabel 1 diubah
dalam bentuk grafik, sehingga akan memudahkan untuk melakukan analisis hasil.
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Tingkat
Kekasaran Baja ST 40 ( Dalam µm).
Tinggi
Pencekaman Endmill |
Tinggi
Pencekaman Benda Kerja |
||
10
mm |
17
mm |
24
mm |
|
37
mm |
2,001 |
1,199 |
1,730 |
45
mm |
1,584 |
0,939 |
1,484 |
53
mm |
1,864 |
1,318 |
2,206 |
Berdasarkan tabel
1 data tingkat kekasaran permukaan benda kerja Proses pemesinan milling pada baja ST 40 dengan dua
kondisi pemakanan dari pengaruh tinggi pencekaman benda kerja Dapat
dideskripsikan seperti pada gambar 2.
Gambar 2. Diagram Tinggi Pencekaman Benda Kerja- Ra |
Pada gambar 2
didapat nilai kekasaran paling kecil terjadi pada interaksi tinggi pencekaman
benda kerja 17 mm dengan tinggi pencekaman endmill
cutter 45 mm yaitu sebesar 0,939 mikrometer, sedangkan tingkat kekasaran
paling besar terjadi pada interaksi tinggi pencekaman benda kerja 24 mm dengan
tinggi pencekaman Endmill cutter 53 mm
yaitu sebesar 2,206 mikrometer.
Gambar 3. Rerata Ra Terhadap Tinggi Pencekaman Spesimen |
Berdasar gambar 3 yang diambil pada tabel 1. didapat rata-rata tingkat kekasaran berdasar tinggi pencekaman benda kerja, yakni; untuk tinggi pencekaman benda kerja terhadap ragum 10 mm didapat kekasaran rata-rata ( Ra) 1,817 mikrometer, untuk tinggi pencekaman benda kerja terhadap ragum 17 mm didapat Ra 1,152 mikrometer, dan untuk tinggi Pencekaman benda kerja terhadap ragum 24 mm didapat Ra 1,806 mikrometer.
Uraian pada gambar
2 dan gambar 3 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Ra paling kecil paling
kecil didapat dari tinggi pencekaman benda kerja terhadap ragum 17 mm. yakni
sebesar 1,152 mikrometer, lebih tepatnya berada pada interaksi tinggi
pencekaman benda kerja 17 mm dengan tinggi pencekaman endmill cutter 45 mm
yaitu sebesar 0,939 mikrometer. Sedangkan Ra paling besar didapat dari tinggi
pencekaman benda kerja terhadap ragum 10 mm didapat tingkat kekasaran rata-rata
1,817 mikrometer, tetapi interaksi yang menghasilkan tingkat kekasaran yang
paling besar adalah interaksi pencekaman benda kerja 24 mm dengan tinggi
pencekaman endmill cutter 53 mm yaitu sebesar 2,206
mikrometer.
Tinggi Pencekaman Endmill.
Dasarkan tabel 1
data tingkat kekasaran permukaan benda kerja Proses pemesinan milling pada baja ST 40 dengan dua
kondisi pemakanan dari tinggi pencekaman endmill
dapat dideskripsikan seperti pada gambar 4 di bawah ini:
Gambar 4. Diagram Tinggi Pencekaman Endmill- Ra |
Pada gambar 4
didapat nilai kekasaran paling kecil terjadi pada interaksi tinggi pencekaman
benda kerja 17 mm dengan tinggi pencekaman endmill
cutter 45 mm yaitu sebesar 0,939
mikrometer, sedangkan tingkat kekasaran paling besar terjadi pada interaksi
tinggi pencekaman benda kerja 24 mm dengan tinggi pencekaman endmill cutter 53 mm yaitu sebesar 2,206 mikrometer.
Gambar 5. Rerata Ra Terhadap Tinggi Pencekaman Endmill |
Uraian pada gambar
4 dan gambar 5 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Ra paling kecil didapat
dari tinggi pencekaman endmill 45 mm
yakni sebesar 1,335 mikrometer, lebih tepatnya pada interaksi tinggi pencekaman
benda kerja 17 mm dengan tinggi pencekaman endmill
cutter 45 mm yaitu sebesar 0,939
mikrometer.
Sedangkan Ra
paling besar didapat pada tinggi pencekaman endmill 53 mm didapat Ra 1,796
mikrometer, lebih tepatnya ada pada interaksi tinggi pencekaman benda kerja 24 mm
dengan tinggi pencekaman endmill cutter 53 mm yaitu sebesar 2,206
mikrometer.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut;
1. Ada
pengaruh yang signifikan dari pengaruh tinggi pencekaman benda kerja pada ragum
terhadap tingkat kekasaran hasil pemesinan mesin milling. Tinggi pencekaman benda kerja terhadap ragum 10 mm didapat
tingkat kekasaran rata-rata (Ra) 1,817 mikrometer, untuk tinggi pencekaman 17 mm
didapat Ra 1,152 mikrometer, dan untuk tinggi pencekaman 24 mm didapat Ra 1,806
mikrometer.
2. Ada
pengaruh yang signifikan dari pengaruh tinggi pemasangan endmill cutter terhadap tingkat kekasaran hasil pemesinan mesin milling. Tinggi pencekaman endmill 37 mm didapat ra 1,643
mikrometer, tinggi pencekaman endmill
45mm didapat Ra 1,335 mikrometer, dan untuk tinggi pencekaman endmill 53 mm didapat Ra 1,796
mikrometer.
3. Tingkat
kekasaran baja ST 40 yang paling kecil didapat dari tinggi pencekaman endmill 45 mm, lebih tepatnya pada
interaksi tinggi pencekaman benda kerja 17 mm dengan tinggi pencekaman endmill cutter 45 mm yaitu sebesar 0,939 mikrometer. Sedangkan Ra paling
besar didapat dari tinggi pencekaman endmill
53 mm yaitu pada interaksi tinggi pencekaman benda kerja 24 mm dengan tinggi
pencekaman endmill cutter 53 mm yaitu sebesar 2,206
mikrometer.
4. Tingkat
kekasaran pada tinggi pencekaman endmill
menunjukkan bahwa semakin mendekati flute
maka akan semakin kasar karena ada rongga flute
yang tidak tercekam, dan pencekaman semakin ke atas dari panjang endmill juga akan semakin kasar karena
terjadi vibrasi yang besar saat proses pemakanan, rekomendasi dari penelitian
ini agar mendapat nilai kekasaran yang optimal adalah memasang pahat di antara
batas tengah panjangnya endmill
sampai ke batas flute pada endmill.
SARAN
Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk
penelitian selanjutnya yang sejenis sangat baik kalau di analisis faktor-faktor
atau variabel variabel yang lain yang mempengaruhi tingkat kekasaran baja ST 40
hasil pemesinan dengan mesin milling,
misalnya diameter pahat, jenis pendingin, dan kekerasan pahat.
2. Untuk
penelitian selanjutnya yang sejenis sangat baik kalau mencoba memilih mesin CNC
milling untuk proses pemesinannya.
3. Selain
hal di atas, bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian yang relevan di masa
mendatang diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dan pertimbangan dalam melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel. 2009. Optimasi Parameter Pemesinan Proses CNC
Frais Terhadap Hasil Kekasaran Permukaan dan Keausan Pahat Menggunakan Metode
Taguchi. Semarang: Tugas Sarjana Jurusan Teknik Mesin Universitas
Diponegoro.
Giyatno. 2009. Optimasi Parameter Proses Pemesinan Terhadap
Keausan Pahat Dan Kekasaran Permukaan Benda Hasil Proses CNC Turning dengan
Menggunakan Metode Taguchi. Semarang: Tugas Sarjana Jurusan Teknik Mesin
Universitas Diponegoro.
Kim, Hyun & Ko,
Lim. 2002. Development of Design and
Manufacturing Technology for End Mills Machining Hardened Steel. Journal of
Material Processing Technology 130- 131
Kivanc V.B &
Budak, E. 2004. Structural Modeling of
Animal for Form Error and Stability Analysis. International Journal of
Machine Tools and Manufacture 44( 2004) 1151- 1161
Lou, S.M., Chen,
C.J. & Li,M.C. 1999. Surface Roughness
Prediction Technique for CNC End-Milling. International Journal of
Industrial Technologi Volume 15, 1999.
Wen-Hsiang Lai.
2000. Modeling of Cutting Forces in End
Milling Operations. Journal of Science and Engineering, Vol. 3, No.1, pp.
15-22.
DOWNLOAD FULL PDF
Posting Komentar untuk "ANALISIS TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN PADA HASIL PEMESINAN MESIN MILLING DENGAN VARIASI TINGGI PENCEKAMAN BENDA KERJA DAN TINGGI PEMASANGAN ENDMILL CUTTER"
YOUR COMMENTS